Pemerintah Luncurkan Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, Apa Saja Perbedaannya?

 

Sumber foto: Kompas.com

 

Pemerintah tengah menginisiasi dua program pendidikan baru sebagai bagian dari strategi menuju visi Indonesia Emas 2045. Kedua program tersebut, yakni Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, dirancang untuk memperluas akses pendidikan bermutu bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan dan keluarga kurang mampu. Meski memiliki tujuan yang serupa dalam memberikan pendidikan inklusif dan berkualitas, keduanya menerapkan pendekatan yang berbeda dalam seleksi dan kurikulumnya.

 

Sekolah Rakyat: Afirmasi bagi Anak Miskin Ekstrem

Sekolah Rakyat diposisikan sebagai bentuk nyata afirmasi negara terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat kemiskinan ekstrem. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menegaskan bahwa tidak ada persyaratan akademik bagi calon siswa yang ingin masuk ke Sekolah Rakyat. Satu-satunya kriteria utama adalah berasal dari kelompok desil satu dalam klasifikasi kemiskinan nasional.

“Di Sekolah Rakyat, kita tidak menilai nilai akademik saat penerimaan. Yang penting mereka benar-benar dari keluarga sangat miskin,” ujar Gus Ipul saat ditemui di kantornya pada Selasa, 20 Mei 2025.

Meskipun tanpa tes akademik, Sekolah Rakyat tetap melakukan pemetaan akademik (academic mapping) kepada seluruh peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. Mohammad Nuh. Tujuannya bukan untuk menyeleksi, melainkan untuk mengetahui titik awal kemampuan siswa saat pertama kali masuk sekolah.

“Berapa pun nilai anaknya, jika mereka masuk kategori desil satu, tetap diterima. Tapi sekolah tetap harus tahu sejauh mana kemampuan akademiknya untuk proses pembelajaran yang tepat,” terang Prof. Nuh.

Mapping ini tidak hanya terbatas pada aspek akademik, tapi juga mencakup aspek kesehatan dan psikologis siswa. Bahkan, anak-anak yang memiliki masalah kesehatan tidak akan ditolak, justru akan mendapat penanganan agar tetap bisa bersekolah.

Pendekatan personal ini juga membuka ruang bagi Sekolah Rakyat untuk mengembangkan potensi tiap individu secara maksimal. Salah satu rencana inovatif yang tengah dipertimbangkan adalah penggunaan metode DNA Talenta, yakni pemetaan bakat dan kekuatan alami siswa agar mereka diarahkan sesuai dengan potensi masing-masing.

“Anak tidak bisa dipaksa jadi sesuatu yang bukan bidangnya. Maka kita perlu memahami kekuatannya dari awal,” imbuh Prof. Nuh.

 

Sekolah Garuda: Inklusif dengan Sistem Seleksi

Berbeda dengan Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda tetap menerapkan proses seleksi dalam menerima siswa. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menyampaikan bahwa meski bersifat inklusif, Sekolah Garuda dirancang untuk mengakomodasi siswa berprestasi dari berbagai latar belakang sosial.

“Sekolah Garuda bukan sekolah eksklusif, tapi terbuka bagi siapa saja, termasuk penyandang disabilitas. Kami ingin memastikan semua anak mendapat kesempatan yang sama,” jelas Stella saat jumpa pers di Kantor Kemendikti Saintek, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 17 Mei 2025.

Sistem penerimaan di Sekolah Garuda didasarkan pada dua kriteria: kemampuan ekonomi dan prestasi akademik. Sebanyak 80 persen dari total siswa akan menerima beasiswa penuh, sementara 20 persen lainnya merupakan siswa reguler yang membayar biaya pendidikan.

“Semakin tidak mampu kondisi ekonomi siswa, semakin besar kemungkinan mereka diterima dan mendapat beasiswa,” tambah Stella.

 

Pendekatan Berbeda, Tujuan yang Sama

Perbedaan utama dari dua program ini terletak pada sistem penerimaan dan pendekatan pendidikan. Sekolah Rakyat fokus pada akses seluas-luasnya bagi anak-anak dari keluarga sangat miskin tanpa memperhitungkan nilai akademik. Sementara Sekolah Garuda tetap mengandalkan seleksi akademik sebagai bagian dari pengembangan bibit unggul nasional.

Meski begitu, keduanya bertujuan sama: menciptakan generasi masa depan yang unggul dan berdaya saing dalam berbagai kondisi sosial. Sekolah Rakyat menekankan pada pemberdayaan anak-anak yang kerap tersingkir dari sistem pendidikan formal, sementara Sekolah Garuda menjadi ruang pengembangan talenta potensial dalam sistem yang terstruktur.

Gus Ipul menutup dengan penegasan, “Kalau Sekolah Rakyat itu memang khusus untuk kelompok desil satu. Jadi memang sangat berbeda pendekatannya.”

Dengan hadirnya dua jalur pendidikan ini, pemerintah berupaya memastikan tidak ada anak Indonesia yang tertinggal dalam mendapatkan pendidikan yang layak, bermakna, dan sesuai dengan potensinya masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAY6 akan Kembali Gelar Konser di Jakarta pada Mei 2025

Hiruk-Pikuk Pasar Tanah Abang Meski Baru Sepekan Puasa Ramadan

Gojek Beri Bonus Hari Raya untuk Mitra Driver Sesuai Arahan Presiden Prabowo